Breaking

Sunday, June 3, 2018

Sejarah dan Peraturan Olahraga Berkuda


Berkuda mungkin bukanlah cabang olahraga yang populer di dunia, tapi faktanya berkuda dan cabang-cabang turunannya tetap mendapat tempat khusus di hati para pecinta olahraga. Ini tidak lepas dari keterlibatan kuda di dalam olahraga ini. Sebenarnya, tidak terlalu banyak cabang olahraga yang melibatkan binatang di dalamnya dan berkuda adalah salah satunya. Di artikel ini, kita akan membahas sedikit tentang seluk-beluk olahraga berkuda, dari sejarah, peraturan dan jenis-jenis olahraga berkuda. Mari kita mulai.
Sejarah Olahraga Berkuda
Bila kita berbicara tentang olahraga berkuda, maka berarti kita berbicara tentang balap kuda. Balap kuda memiliki sejarah panjang dan terhormat di berbagai belahan dunia dan telah dipraktekkan dalam peradaban di seluruh dunia sejak zaman kuno. Catatan-catatan arkeologi selama ini menunjukkan bahwa pacuan kuda (istilah resmi untuk balap kuda) telah dipraktekkan di masyarakat Yunani Kuno, Babel, Syria, dan Mesir. Walaupun pada awalnya di masyarakat kuno dan primitif, kuda dianggap sebagai hewan ternak dan bahkan merupakan salah satu pilihan makanan bagi manusia purba pada 5.000 tahun yang lampau. Tidak ada yang tahu siapa yang pertama kali berhasil menjinakkan kuda agar mau ditunggangi oleh manusia. Yang jelas, pada perkembangannya binatang berkaki empat ini mendapatkan tempat tersendiri di hati para bangsawan dan kaum ningrat. Ini tidak lepas dari tren untuk bertaruh pada setiap pacuan kuda yang digelar. Taruhan atau judi pada pacuan kuda merupakan hal yang lumrah, bahkan di awal perkembangan olahraga ini.
Balapan kereta adalah salah satu olahraga kuno yang paling populer di masyarakat Yunani dan Romawi. Tak ayal, penunggang-penunggang kuda terbaik banyak berasal dari kedua bangsa tersebut. Hal ini tidak lepas dari fakta bahwa kuda jamak digunakan sebagai alat transportasi orang maupun barang dalam peperangan. Prinsip-prinsip dasar berkuda ditelurkan bangsa Yunani sekitar abad 400 SM dan hingga kini masih menjadi pedoman dalam peraturan berkuda. Memasuki jaman Renaissance, banyak bangsawan yang mendalami dunia seni tunggang di sekolah-sekolah besar menunggang di Eropa. Napoli, Italia menjadi tempat didirikannya sekolah menunggangi kuda pertama kali pada tahun 1532 oleh Fredrico Gisone. Sementara itu, di masyarakat Inggris menjadi olahraga favorit kaum bangsawan dengan embel-embel Sport Of Kings. Prancis juga menjadi salah satu kiblat perkembangan olahraga berkuda dengan sekolah menunggang kuda didirikan di Versailles dan Saumur.
Olahraga polo berkuda adalah salah satu olahraga beregu paling tua di dunia. Polo berkuda pertama kali dimainkan oleh kaum pejuang Normadic didaerah Persia (sekarang Iran) pada abad ke 6 sebelum Masehi. Pada kala itu, Kerajaan Turkoman berhasil mengalahkan Kerajaan Persia dalam pertandingan yang disaksikan oleh publik. Sementara itu, olahraga polo berkuda dipopulerkan di Inggris oleh seorang kapten berkebangsaan Irlandia bernama John Watson, yang kemudian menulis peraturan permainan polo berkuda.
Jenis-jenis dan Peraturan Olahraga Berkuda
Ada banyak sekali cabang dan jenis olahraga berkuda, namun tidak semuanya akan kita bahas di sini karena akan terlalu panjang untuk menyebutkan satu per satu olahraga turunan berkuda. Yang jelas, semua olahraga tersebut  melibatkan seorang penunggang dengan kudanya dan bersama, mereka akan dianggap sebagai satu peserta dalam setiap lomba. Interaksi dan hubungan yang selaras antara penunggang dan kudanya adalah elemen penting dalam setiap jenis olahraga berkuda. Berikut ini adalah beberapa jenis olahraga berkuda dan peraturannya.

1. Tunggang Serasi (dressage)

Tunggang Serasi.
Cabang olahraga berkuda ini menuntut keserasian baik dari penunggang maupun kudanya pada saat melakukan suatu gerakan, dimana keterampilan dan pengalaman penunggang sangat menentukan untuk menciptakan atau membentuk kelincahan dan keluwesan dari tiap gerakan yang dihasilkan sehingga terkesan kuda melangkah dan bergerak atas dasar keinginan sendiri tanpa adanya perintah dari penunggang. Mirip dengan senam lantai (gymnastics), setiap gerakan yang dilakukan kuda bersama dengan penunggangnya akan diberikan nilai antara 0 – 10. Di akhir pertandingan, kuda dan penunggang dengan nilai atau poin terbanyak adalah pemenangnya. Kuda-kuda yang diperlombakan dalam tunggang serasi biasanya sudah menjalani latihan intensif selama bertahun-tahun dan juga memiliki hubungan telepati dengan penunggangnya. Hal ini mungkin menjadi salah satu sebab penamaan dressage untuk cabang olahraga berkuda yang satu ini. Dalam bahasa Perancis, dressage berarti pendidikan. Dalam kompetisi dressage resmi, kuda dan juga penunggangnya harus bisa menunjukkan tiga cara berjalan yaitu Walk, Trot dan Canter.
Selain itu, kuda juga harus bisa melakukan transisi dari cara berjalan secara independen dan cara berjalan dengan “tuntunan” penunggang (collection – extension – collection). Dalam kompetisi dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, ada gerakan-gerakan seperti Halt (berhenti), Rein-Back (mundur), lingkaran kecil, Walk-Pirouette (berputar di tempat) dan gerakan menyamping, flying changes (ganti kaki di udara) di canter, Piaffe, dimana kuda memberi kesan seolah ia berjalan di tempat, dan Passage, yaitu trot dengan langkah yang lebih diayun, dengan arah ke bawah dan ke atas. Selain itu, ada pula kompetisi dressage freestyle yang menggunakan musik, di mana musik yang dipilih ditentukan sendiri oleh sang penunggang. Meskipun terkesan sangat kompetitif, perlombaan tunggang serasi juga mengandung unsur seni di dalamnya. Tidak ada yang lebih indah selain menyaksikan kuda melenggang dengan anggunnya di dalam arena.

2. Lompat Rintang (showjumping)

Showjumping.
Tujuan utama dari lompat rintang adalah menyelesaikan sebuah lintasan yang telah ditentukan sebelumnya tanpa menjatuhkan rintangan. Lintasan di sini berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kesulitan maupun tipe pertandingan, namun tetap mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Panjang lintasan minimal yang diperbolehkan adalah 150m, sedangkan panjang maksimal 1200m. Sementara itu, luas arena standar internasional adalah 90×45 meter, dengan alas (ground) pasir atau rumput. Jenis-jenis rintangan yang sering digunakan diantaranya rintangan lompat tinggi (dengan tinggi maksimal 1,60m), rintangan lompat jauh menghindari genangan air (water jump) dengan lebar 2,5 meter sampai 4,5 meter dan rintangan lompat tinggi-jauh (dengan tinggi maksimal 1,60 meter dan lebar maksimal 2,20 meter). Rintangan-rintangan tersebut dapat digunakan terpisah masing-masing atau digabungkan dalam kombinasi yang terdiri dari dua sampai tiga rintangan dengan jarak antar masing-masing rintangan minimal 6,5 meter dan maksimal 12 meter. Sebuah tiang dari batang kayu dengan panjang 3,5 meter sampai 4 meter dan diameter kurang lebih 10 cm akan diletakkan secara horizontal di kedua sisi rintangan dan akan jatuh bila tersentuh kaki kuda.
Masing-masing rintangan akan diberikan nomor, dan arah melompat ditandai dengan dua bendera yang dipasang di masing-masing sisi rintangan, sebelah kanan merah dan sebelah kiri putih. Peta lintasan atau course plan akan dipajang di papan informasi pertandingan. Sebelum bertanding, para penunggang biasanya berjalan melalui lintasan terlebih dahulu untuk membantu menghafal urutan rintangan dan mengukur jarak diantara rintangan guna menentukan strategi yang akan digunakan untuk dapat menyelesaikan dan memenangkan lomba. Hal ini biasanya disebut walk the course. Dalam mengukur jarak, para penunggang (biasanya disertai pelatih mereka) akan menggunakan perbandingan 4:1, di mana empat langkah penunggang dianggap sama dengan satu langkah kuda (sering disebut stride). Selain itu, landing atau pendaratan setelah kuda melompat juga dianggap memakan satu stride. Sebagai contoh, jika jarak antara satu rintangan dengan rintangan berikutnya adalah 12 langkah penunggang, maka saat dikonversi ke langkah kuda, jarak itu akan sama dengan 12 langkah dikurang 4 langkah (1 stride) untuk landing = 8 langkah kemudian dibagi 4 langkah = 2 stride.
Penilaian lompat rintang bisa didasarkan pada jumlah faults atau kesalahan. Untuk setiap rintangan yang jatuh, ketika kuda menyentuh air pada water jump atau menyelesaikan rintangan melebihi waktu yang telah ditentukan, maka seorang penunggang akan diberikan 4 poin faults. Sementara itu, penunggang akan dieliminasi jika melompati rintangan sebelum bel sebagai tanda start dibunyikan, apabila kuda enggan melewati garis start atau finish, melompati rintangan dari arah yang salah atau jatuh dari kuda maupun jatuh bersama kuda. Di akhir lomba, penunggang yang memiliki jumlah poin faults terendah akan dinyatakan sebagai pemenang. Selain itu, penentuan pemenang lompat rintang juga bisa didasarkan pada waktu tercepat menyelesaikan lomba, tanpa menghitung poin faults. Showjumping adalah salah satu cabang olahraga berkuda yang paling populer dan kerap menyedot animo banyak orang karena menyuguhkan atraksi dan lomba yang menegangkan. Variasi jenis kompetisi dan penilaian juga menjadi salah satu nilai plus showjumping. Terlepas dari itu semua, penunggang dan kuda yang akan mengikuti lomba showjumping harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin sebelum lomba karena kompetisi ini menuntut konsentrasi yang tinggi dan keselarasan antara penunggang dan kudanya sekaligus strategi yang tepat.

3. Trilomba (eventing)

Eventing.
Eventing atau Trilomba adalah jenis olahraga berkuda yang mengkombinasikan beberapa jenis nomor berkuda, yakni dressage (tunggang serasi), cross-country (lintas alam) dan showjumping (lompat rintang) dalam satu kompetisi. Eventing bisa berlangsung selama beberapa hari karena banyaknya jenis nomor yang diperlombakan. Karena itu, olahraga berkuda yang satu ini sangat menuntut durabilitas dan daya tahan tidak hanya kudanya, tetapi juga sang penunggang. Sebelum mengikuti lomba, biasa penunggang dan kudanya akan menjalani latihan intensif selama beberapa minggu atau bulan untuk mencapai level kebugaran yang memungkinkan mereka menjalani kerasnya kompetisi. Pelatihan intensif juga berfungsi untuk mempererat ikatan antara sang penunggang dengan kudanya. Selain itu, sebelum memulai lomba, tiap-tiap kuda akan melalui pemeriksaan oleh dokter hewan untuk menilai kesiapan mereka mengikuti lomba yang sangat menguras tenaga ini. Penilaian untuk trilomba menganut sistem penalty points, atau sama prinsipnya dengan fault points, di mana peserta dengan jumlah penalty points terendah di akhir lomba akan dinyatakan sebagai pemenang.
Seperti yang telah disebutkan, trilomba biasanya berlangsung lebih dari satu hari dan paling umum berlangsung selama tiga hari, di mana hari pertama dimulai dengan perlombaan dressage (tunggang serasi), diikuti dengan cross-country di hari kedua dan diakhiri dengan showjumping di hari ketiga. Jumlah hari yang digunakan sampai perlombaan selesai biasanya disebutkan pada lomba, contohnya One Day Event (untuk trilomba yang selesai dalam satu hari, walaupun sangat jarang), atau Three Day Event (untuk trilomba yang diselesaikan dalam tiga hari). Selain itu, tingkat kesulitan kompetisi dilambangkan dengan jumlah bintang yang disebut dalam perlombaan. Semakin banyak jumlah bintangnya, maka semakin tinggi pula tingkat kesulitan yang harus dihadapi para peserta. Contohnya, One Star Eventing akan lebih mudah dilalui peserta dibanding Four Star Eventing.
Untuk membuka perlombaan, dressage dipertandingkan di arena berukuran 20×60 meter. Sama seperti peraturan dressage pada umumnya, para juri akan memberikan penilaian untuk setiap gerakan yang dilakukan  masing-masing peserta dengan totalnya dijadikan persentase. Hasil persentase tersebut akan dikurangi dari angka 100 kemudian dikali dengan 1,5 untuk memperoleh penalty points yang akan dibawa ke lomba berikutnya di hari kedua, yakni cross-country. Perlombaan di hari kedua adalah yang paling menguras tenaga dan konsentrasi para peserta karena sangat menuntut dari sisi fisik serta menguji kecepatan, daya tahan, keberanian dan kemampuan melompat kuda ke titik maksimal. Tidak heran, banyak peserta yang sering kewalahan bahkan harus mengundurkan diri dari perlombaan karena tidak mempunyai kondisi fisik yang cukup kuat untuk menyelesaikan lomba. Cross-country juga sangat berisiko baik bagi penunggang maupun kuda karena kondisi alam yang bisa dibilang tidak terlalu bersahabat, terutama bagi kaki kuda. Karena itu, perlengkapan pengaman seperti sepatu kuda khusus untuk medan bebatuan dan terjal atau knee-pad dan elbow-pad untuk melindungi sang penunggang menjadi persyaratan minimum sebelum memulai lomba.
Selain itu, dokter hewan juga akan menginspeksi kesiapan kuda-kuda menjelang lomba untuk memberikan evaluasi terhadap para peserta. Cross-country biasanya dibagi ke dalam empat fase, yakni Fase A (road and tracks), Fase B (steeple-chase), Fase C (road and tracks) dan Fase D (cross-country obstacles) dan umumnya terdapat 25-45 rintangan solid di sepanjang lintasan antara 2.500 meter sampai 7.500 meter, di samping beberapa rintangan air yang mengharuskan kuda untuk melompat ke dalam air. Untuk setiap rintangan yang harus dilalui, para peserta mendapat 2 kali kesempatan untuk gagal. Pada kesempatan pertama, peserta akan dikenakan penalti sebesar 20 poin dan diperbolehkan untuk mencoba kembali. Jika masih gagal juga, maka penalti untuk peserta ditambah 40 poin menjadi 60 poin dan diperbolehkan untuk mencoba kembali. Jika masih gagal juga, maka peserta akan dieliminasi dari perlombaan. Sementara itu, jatuh dari kuda akan dikenakan penalti 65 poin dan diperbolehkan naik kembali. Tapi jika jatuh dari kuda untuk kedua kalinya atau jatuh bersama kuda, maka peserta akan dieliminasi. Berdasarkan panjang lintasan dan kecepatan rata-rata kuda yang telah dihitung, maka juri akan menentukan Optimum Time. Perserta yang menyelesaikan lomba dengan waktu lebih cepat dari Optimum Time atau yang paling mendekati akan keluar sebagai pemenang cross-country.
Sementara untuk peserta yang menyelesaikan lomba dengan waktu lebih lama dari Optimum Time, akan dikenakan penalti sebanyak 0,4 – 1 poin per detik. Jumlah poin penalti tersebut akan diakumulasikan dengan poin penalti dari hari pertama di perlombaan dressage dan dibawa ke hari terakhir lomba, yakni showjumping. Sebuah lintasan sepanjang 350 sampai 600 meter dengan 10 sampai 16 rintangan jumping akan menjadi arena lomba di hari terakhir dan peraturan yang berlaku di sini sama dengan peraturan showjumping pada umumnya. Hanya pada eventing, peserta diperbolehkan jatuh dari kuda satu kali dengan penalti sebesar 8 poin. Di akhir semua lomba selama tiga hari, peserta dengan jumlah penalty points paling sedikit akan keluar sebagai pemenang.

4. Endurance

Endurance.
Endurance adalah sebuah kompetisi maraton untuk para penunggang kuda yang menguji ketahanan fisik kuda dan sang penunggang melintasi berbagai permukaan di alam bebas yang menantang dengan jarak yang jauh. Kuda-kuda yang mengikuti perlombaan endurance biasanya bisa melahap 100 km hanya dalam 10 sampai 12 jam per hari dan lomba endurance biasanya berlangsung selama beberapa hari. Karena aturan perlombaan yang sangat menguras fisik tersebut, maka kuda yang akan mengikuti perlombaan endurance haruslah berada dalam kondisi prima. Karena itu, dokter hewan yang berkualifikasi harus selalu standby di saat lomba untuk mengevaluasi kondisi kuda-kuda yang menjadi peserta. Di saat water point atau waktu istirahat, dokter tersebut bisa memeriksa kondisi kuda-kuda. Jika ada kuda yang dianggap tidak mampu atau berisiko jika melanjutkan lomba, maka dokter akan mengeliminasi kuda tersebut dari perlombaan.
Bagaimanapun, keselamatan dan kesehatan kuda tetaplah harus menjadi prioritas. Penentuan pemenang lomba endurance didasarkan pada waktu tercepat. Selain itu, kondisi kuda juga menjadi poin penilaian. Jika dalam 2 jam setelah lomba selesai, kondisi kuda tetap baik, maka peserta tersebut berhak menyandang status sebagai juara. Tidak seperti dressage atau showjumping, endurance tidak menuntut kemampuan teknis yang terlalu tinggi sehingga banyak diikuti penunggang kuda dari segala jenis demografi peserta setiap kali digelar.
Nah, itu dia sedikit ulasan mengenai olahraga berkuda. Di Indonesia, olahraga ini memang tidak sepopuler di negara-negara Barat, tapi tetap mempunyai basis fans dan komunitas yang kuat. Mengingat kuda adalah hewan berukuran besar, agak sulit untuk memelihara apalagi melatihnya untuk bisa ikut berlomba, khususnya di kota besar, di mana lahan kosong sangat terbatas. Karena itulah, biasanya pacuan kuda dan olahraga-olahraga berkuda lainnya kebanyakan di gelar di daerah pedesaan yang masih mempunyai banyak lahan luas. Selain itu, biaya yang cukup besar juga bisa menjadi handicap tersendiri bagi perkembangan olahraga ini.
Untuk menghasilkan kuda juara yang bisa kompetitif dan berpeluang memenangkan lomba, Anda akan perlu seorang trainer yang handal. Sebelum itu, Anda juga harus punya kontak yang luas untuk bisa menemukan breeder dengan harga yang murah. Singkat kata, berkuda bukanlah olahraga sederhana yang bisa dilakukan semua orang. Karena itu, tidak ada salahnya jika kita hanya sekedar menjadi penonton dalam olahraga ini. Menyaksikan kuda-kuda berpacu sekuat tenaga di bawah joki untuk memenangkan perlombaan bisa menjadi salah satu obat mujarab untuk stress Anda. Patut dicoba bagi Anda yang menginginkan tontonan yang berbeda. Satu hal yang harus diingat, hindari berjudi ya.

No comments:

Post a Comment